- Back to Home »
- Ulum Al-Qur'an »
- Makalah "Kisah-kisah dalam Al-Qur'an"
Posted by : LaSaro'
Minggu, 13 Januari 2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Rosihon Anwar dalam bukunya “Ilmu Tafsir”[1]
mengemukakan bahwa Alquran merupakan kalam
Allah swt. yang berisi petunjuk bagi manusia. Ajaran-ajarannya disampaikan
secara variatif serta dikemas sedemikian rupa. Ada yang berisi informasi,
perintah dan larangan, ada juga yang dimodifikasi dalam bentuk diskriftif
kisah-kisah yang
mengandung pelajaran atau petunjuk yang dikenal dengan kisah-kisah dalam Alquran. Tuntunan dalam Alquran adakalanya disampaikan melalui kisah-kisah dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah dalam berdakwah.
mengandung pelajaran atau petunjuk yang dikenal dengan kisah-kisah dalam Alquran. Tuntunan dalam Alquran adakalanya disampaikan melalui kisah-kisah dengan tujuan untuk menjelaskan bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah dalam berdakwah.
Sudah menjadi ketentuan, bahwa manusia
merupakan makhluk ciptaan Allah swt. mempunyai banyak keunikan, salah satu
keunikannya adalah suka mendengar dan mempelajari cerita. Hal tersebut
disebabkan karena kisah dapat menarik perhatian apabila di dalamnya terselip
pesan-pesan dan pelajaran yang dapat menanamkan kesan rasa ingin tahu tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Nasehat atau pelajaran yang disampaikan
tanpa variasi, walau dengan tutur kata yang indah, belum tentu dapat menarik
perhatian akal, bahkan isinya pun belum tentu dapat dipahami. Akan tetapi bila
nasehat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan peristiwa dalam
realita kehidupan, maka akan terwujudlah dengan jelas tujuannya. Sehingga akan
merasa senang mendengarkan, memperhatikannya dengan penuh kerinduan dan rasa
ingin tahu, dan pada gilirannya ia akan terpengaruh akan nasehat dan pelajaran
yang terkandung di dalammya.
Dikemukakan oleh Manna Khalil al-Kattan,[2] bahwa kesusasteraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara seni-seni bahasa dan kesusasteraan. Kisah yang benar telah membuktikan kondisi ini dalam Uṣlub Arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah Alquran. Kisah-kisah dalam Alquran tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng lainnya, karena mempunyai karakteristik di dalamnya. Dalam Alquran kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang senantiasa dapat menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa itu.
Dikemukakan oleh Manna Khalil al-Kattan,[2] bahwa kesusasteraan kisah dewasa ini telah menjadi seni yang khas diantara seni-seni bahasa dan kesusasteraan. Kisah yang benar telah membuktikan kondisi ini dalam Uṣlub Arabi secara jelas dan menggambarkannya dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu kisah-kisah Alquran. Kisah-kisah dalam Alquran tentu saja berbeda dengan cerita atau dongeng lainnya, karena mempunyai karakteristik di dalamnya. Dalam Alquran kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang senantiasa dapat menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa itu.
Secara eksplisit Alquran berbicara
tentang pentingnya sejarah, hal tersebut tertera dalam Q.S. Ali Imran (3):140 berbunyi:
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ
فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
Dan kamu (pada perang uhud)
terkena luka, Maka kaum lainpun (kafir) kena luka
pula seperti itu. Dan hari (kejayanan dan kekalahan) itu akan datang silih
berganti.[3]
B. Rumusan
Masalah
Berangkat dari pembahasan pada latar
belakang di atas, maka dapatlah dikemukakan permasalahan yang menjadi inti pembahasan
dalam makalah ini, yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengertian Qaṣaṣ al-Qur’ān?
2. Ada berapa
macam Qaṣaṣ al-Qur’ān?
3. Bagaimana
karakteristik Qaṣaṣ al-Qur’ān?
4. Apa
tujuan Qaṣaṣ al-Qur’ān?
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Qaṣaṣ al-Qur’ān
Kata qaṣaṣ
berasal dari Bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata qiṣaṣ yang berarti tatabbu’ al-aṡar
(napak tilas/ mengulang kembali masa lalu).
qiṣaṣ menurut Muhammad Ismail Ibrahim yang berarti “hikayat”
(dalam bentuk) prosa yang panjang”.[4]
sedang menurut Manna Khalil al-Qattan “qaṣaṣtu aṡarahu” yang berarti
“kisah ialah menelusuri jejak”.[5] Kata al-qaṣaṣ
adalah bentuk masdar, seperti dalam firman Allah Q.S. Al-Kahfi (18): 64 disebutkan:
فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا
قَصَصًا
Terjemahnya:
Lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak mereka semula.[6]
Maksudnya kedua
orang itu kembali mengikuti jejak darimana keduanya itu datang. Dan firmanNya
melalui lisan ibu Musa, QS. Al-Qaṣaṣ
(28): 11 sebagai berikut:
ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ ÏmÅ_Áè% (
Terjemahnya:
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara
Musa yang perempuan: ikutilah dia.[7]
Maksudnya
ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya. Secara
etimologi (bahasa), al-qaṣaṣ
mempunyai arti urusan (al-amr), berita (al-khabar), perbuatan (al-sya’an),
dan keadaan (al-hal).[8] Dalam
kamus Bahasa Indonesia, kata al-qaṣsaṣ diterjemahkan dengan kisah yang
berarti kejadian (riwayat, dan sebagainya).[9] Menurut
al-Raghib al-Iṣfahani, qaṣaṣ adalah akar kata (maṣdar) dari “qaṣṣa-yaquṣṣu”, secara lugawi konotasinya tak jauh berbeda dari yang disebutkan di atas,
yang dipahami sebagai “cerita yang ditelusuri”[10] seperti
dalam Firman Allah swt. Q.S. Yusuf (12):
111:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ
عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ
Terjemahnya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunya akal”.[11]
Berdasarkan pada beberapa arti di
atas, dapat diambil pengertian bahwa qiṣaṣ sama dengan kisah yang
mempunyai arti segala peristiwa, kejadian atau berita yang telah terjadi dari
suatu cerita untuk menelusuri jejaknya.
Adapun
yang dimaksud dengan Qaṣaṣ al- Qur’ān adalah
إخبار عن الأحوال الماضية والأنبياء القدماء والأحداث
الواقعة فى الماضى.
Pemberitaan mengenai keadaan umat
terdahulu, nabi-nabi terdahulu, dan peristiwa yang pernah terjadi”.[12]
Menurut perspektif Alquran, Allah swt.
mengungkapkan diriNya melalui peristiwa-peristwa, namun wahyuNya menggunakan
tema-tema yang sudah terkenal dan dinyatakan kembali sampai orang-orang beriman
meresapinya.[13]
Alquran banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah
bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia
menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.
Berdasarkan pengertian di atas, maka
dapat dikatakan, bahwa pada kisah-kisah yang dimuat dalam Alquran semuanya
cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, khayal, apalagi
dongeng. Jadi bukan seperti tuduhan sebagian orientalis bahwa Alquran ada yang
tidak cocok dengan fakta sejarah.[14]
B. Macam-macam
Qaṣaṣ al-Qur’ān
Menurut Manna Khalil al-Kattan,[15] kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran dapat
dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Dilihat dari sisi pelaku
Dari
sudut pandang pelaku, kiah-kisah dalam Alquran dapat lagi dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a) Kisah
para nabi
Pada bagian ini, kisah dalam Alquran berisikan
tentang ajakan para nabi kepada kaumnya,
mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang
memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat yang menimpa
orang beriman (mempercayai) dan golongan yang mendustakan para nabi. Misalnya
kisah Nabi Nuh, a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa, a.s., Nabi Harun, a.s, Nabi
Isa, a.s., Nabi Muhammad saw, dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
b) Kisah
yang berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan
kenabiannya.
Misalnya kisah orang yang keluar
dari kampung halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah
Talut dan Jalut, dua orang putera Adam, Aṣhabul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun,
Ashabus Sabti (orang–orang yang menangkap ikan pada hari sabtu), misalnya
Maryam, Aṣhabul ukhdud, Aṣhabul Fil dan lain-lain.
c) Kisah
yang terjadi pada masa Rasulullah saw.
Seperti perang Badar dan Uhud
dalam Surah Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam Surah al-Taubah, perang al-Akhzab, Hijrah, Isra’ dan lain-lain.
Kisah-kisah
mengenai para nabi dalam Alquran bervariasi sesuai dengan kasus, tetapi mereka
semua adalah pemberi peringatan yang mendapat perlindungan Allah swt. kepada
para hambaNya. Perlindungan ini adalah salah satu elemen dalam narasi yang dipercepat
dengan insiden. Contoh Nabi Ibrahim, a.s. diselamatkan dari api yang dilempar
kedalamnya oleh umatnya setelah dia menghancurkan patung-patung, Q.S. Al-Anbiya’ (21): 68-71. Nabi Isa, a.s.
diselamatkan ketika Allah swt, secara mukjizat menghalanginya dari orang-orang
Yahudi dari menyalibnya Q.S. an-Nisa
(4): 157.[16]
2. Dilihat
dari panjang pendeknya
Dalam
hal ini, kisah-kisah dalam Alquran dapat dibedakan menjadi tiga bagian,[17] yakni
:
a. Kisah
yang panjang, contohnya kisah Nabi Yusuf, a.s. dalam Q.S. Yusuf (12) yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi
Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai dewasa dan memiliki kekuasaan.
b. Kisah
yang sedang, seperti kisah Nabi Musa, a.s. dalam Q.S. al-Qaṣaṣ (28), kisah Nabi Nuh, a.s. dan kaumnya dalam Q.S. Nuh (71), dan lain-lain. Kisah yang lebih
pendek dari kisah yang sedang, seperti kisah Maryam dalam Q.S. Maryam (19), kisah Aṣhab al-Kahfi pada Q.S.
al-Kahfi (18), kisah Nabi Adam, a.s.
dalam Q.S. al-Baqarah (2), dan Q.S. Thoha (20), yang terdiri atas sepuluh
atau beberapa belas ayat saja.
c. Kisah
yang pendek, yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya kisah
Nabi Luth, a.s dalam Q.S. al-A’raaf (7), kisah Nabi Ṣalih, a.s.
dalam Q.S. Hud (110), dan lain-lain.
3. Dilihat
dari jenisnya
Apabila
dilihat dari segi jenisnya, kisah-kisah dalam Alquran dapat dibagi menjadi tiga
macam,[18]
yaitu:
a. Kisah
Sejarah (al-qiṣaṣ al-tarikhiyyah), berkisar tentang kisah-kisah sejarah,
seperti para nabi dan rasul.
b. Kisah
perumpamaan (al-qiṣaṣ al-tamṡlsiyah), untuk menerangkan atau memperjelas
suatu pengertian, bahwa peristiwa itu tidak benar terjadi tetapi hanya
perkiraan.
c. Kisah
asatir, kisah ini untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan
fenomena yang ada atau menguraikan masalah yang sulit diterima akal.
Jika
dilihat dari sudut pandang yang lain, kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran pada umumnya mengandung tiga unsur[19] yaitu:
1. Pelaku
(al-sakhsiyyat), kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran tidaklah hanya
manusia, seperti dalam Q.S. al-Naml
(27): 23, tetapi juga ada malaikat, seperti dalam Q.S. Hud (11): 69-83, Jin dalam Q.S.
saba’ (34):12, dan binatang (burung,
semut, dll), dalam Q.S. al-Naml (27): 18-19.
2. Peristiwa
(ahdaṡ), hal ini terbagi menjadi: peristiwa yang berkelanjutan,
peristiwa yang dianggap luar biasa, seperti dalam Q.S. al-Maidah (5): 110-115, dan peristiwa yang dianggap biasa, seperti dalam Q.S. al-Maidah
(5) : 116-118.
3. Dialog
(al-hiwar), seperti dalam Q.S. al-A’raf
(7):11-25, Thaha (20): 9-99.
Dr.
Mardan[20]
dalam membagi macam-macam kisah dalam Alquran, mengemukakan bahwa kisah-kisah
dalam Alquran dapat dilihat :
1. Dari
segi pengungkapannya. Dalam hal ini, dapat dibedakan ; a) kadang-kadang Allah
menyebut suatu kisah berulang-ulang dalam uṣlub
yang berbeda tanpa memberi kesan membosankan, karenanya kadang-kadang dijumpai
dalam Alquran kisah seorang nabi disebut dibeberapa surah, seperti kisah Nabi
Musa ; b) kadang-kadang pula Allah menyebut kisah seorang nabi dalam surah
tertentu, seperti kisah Nabi Yusuf.
2. Dari segi urutan permasalahan yang
dikemukakan. Dalam hal ini dapat dibedakan ; a) pengungkapan kisah dimulai
terlebih dahulu dengan intisari atau ringkasan kisah, setelah itu diuraikan
perinciannya dari awal sampai akhir, seperti kisah aṣhabul kahfi; b) Pengungkapan kisah dimulai dari akhir cerita,
kemudian kisah itu kembali diulangi dari awal sampai akhir, seperti kisah Nabi
Musa dengan Fir’aun; c) kadang-kadang pula suatu kisah diuraikan secara
langsung tanpa didahului oleh pendahuluan dan kesimpulan, seperti kisah Maryam
di saat kelahiran Nabi Isa; d) kadang-kadang juga suatu kisah diungkap seperti
drama, misalnya kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ketika membangun Ka’bah.
3. Dilihat
dari sudut dimulainya kisah dan perkembangan tokohnya. Dalam hal ini dapat dibedakan
menjadi ; a) Ada kisah Alquran dimulai dari awal kelahiran tokohnya, seperti
kisah Nabi Adam, kisah Nabi Isa, dan lain-lain; b) kadang-kadang suatu kisah
dimulai dari tidak terlalu awal kelahiran dan akhir kehidupan tokohnya, seperti
kisah Nabi Yusuf, demikian juga dengan kisah Nabi Ibrahim; c) kadang-kadang
pula kisah dimulai pada akhir perkembangan kehidupan tokohnya, seperti kisah Nabi
Nuh, Hud, dan lain-lain.
4. Dilihat
dari segi penyebutan tempat dan tokohnya. Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi
; a) Kisah yang ditunjukkan tempat, tokoh dan gambaran peristiwanya, seperti
kisah Nabi Musa dengan Fir’aun, kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, kisah Nabi
Syuaib, kisah Nabi Nuh, dan lain-lain; b) kisah yang mengemukakan peristiwa
atau keadaan tertentu pelaku sejarah tanpa menyebutkan nama tokoh dan
tempatnya, seperti kisah dua putra Nabi Adam yang melaksanakan kurban dalam Q.S.
al-Ma’idah : 27-30; c) kisah dalam
bentuk dialog yang tidak menyebut pelaku dan tempatnya, seperti kisah dua orang
pemilik kebun dalam Q.S. al-Kahfi :
32-43.
5. Dilihat
dari segi isi dan kandungan. Dalam hal ini dapat dibedakan atas ; a) Kisah para
nabi dan rasul, kisah seperti ini berisi gambaran seruan para nabi dan rasul
kepada kaumnya; kisah yang berhungan dengan kejadian-kejadian masa lampau; d)
kisah yang ada sangkut-pautnya dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi pada
masa Nabi Muhammad saw., seperti kisah hijrah, kisah isra’, dan lain-lain.
C.
Karakteristik Qaṣaṣ al-Qur’ān
Secara umum,
Alquran tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara berurutan (kronologis)
dan memaparkan kisah-kisah itu secara panjang lebar, tetapi terkadang berbagai
kisah disebutkan berulang-ulang dibeberapa tempat, ada pula beberapa kisah
disebutkan Alquran dalam bentuk yang berbeda, disatu tempat ada bagian yang
didahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula disajikan secara
ringkas dan kadang secara panjang lebar. Hal tersebut menimbulkan perdebatan di
antara kalangan orang yang meyakini dan orang-orang yang meragukan Alquran.
Mereka yang ragu terhadap Alquran sering mempertanyakan, mengapa kisah-kisah
dalam Alquran tidak disusun secara kronologis dan sistematis sehingga lebih
mudah dipahami? Karena hal itu, menurut
mereka dipandang tidak efektif dan efisien.[21]
Menurut Manna
Khalil al-Qattan, bahwa penyajian kisah-kisah dalam Alquran begitu rupa
mengandung beberapa hikmah, yaitu :
1.
Menunjukkan kehebatan mukjizat Alquran.
2.
Memberikan perhatian besar terhadap
kisah tersebut untuk menguatkan kesan yang mantap dan melekat dalam jiwa.
3.
Memperlihatkan adanya perbedaan tujuan
diungkapkannya kisah tersebut.
Kisah dalam
Alquran memberikan faedah yang sangat tinggi dan sekaligus memberikan gambaran
tentang karakteristik kisahnya, yakni sebagai berikut[22]:
1.
Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan
pokok-pokok syariat yang dibawa oleh setiap nabi, Q.S. Al-Anbiya’ (21) : 25.
2.
Meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya dalam
menegakkan agama Allah swt. serta menegakkan kepercayaan orang-orang yang
beriman melalui datangnya pertolongan Allah swt. dan hancurnya kebatilan
beserta para pendukungnya, Q.S. Hud (11)
: 120.
3.
Membenarkan nabi-nabi terdahulu dan
mengingatkan kembali jejak-jejak mereka.
4.
Memperlihatkan kebenaran nabi Muhammad saw.
dalam penuturannya mengenai orang-orang terdahulu.
5.
Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang
telah menyembunyikan keterangan dan petunjuk, Q.S. Ali Imran (3) : 93
6.
Kisah merupakan salah satu bentuk
sastera yang menarik bagi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran yang
tertanam dalam jiwa, Q.S. Yusuf (12) : 111.
D. Tujuan Qaṣaṣ Al-Qur’ān
Kisah-kisah yang terdapat dalam
Alquran menjadi bukti kuat bagi umat manusia bahwa Alquran sangat sesuai dengan
kondisi mereka, karena sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai tua, jarang
orang yang tak suka pada kisah, apalagi bila kisah mempunyai tujuan ganda,
yakni disamping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai hiburan. Alquran
sebagai kitab yang berisi hidayah
mencakup kedua aspek itu, disamping tujuan yang mulia, juga kisah-kisah
tersebut diungkapkan dalam bahasa yang indah dan menarik, sehingga tak ada
orang yang bosan membaca dan mendengarnya. Sejak dahulu sampai sekarang, telah
berlalu empat belas abad, kisah-kisah Alquran yang diungkapkan dalam Bahasa
Arab itu masih up dated, mendapat tempat dan hidup di hati umat, padahal
bahasa-bahasa lain telah banyak yang masuk museum, dan tidak terpakai lagi
dalam berkomunikasi seperti Bahasa Ibrani, Bahasa Latin, dan lain-lain.[23]
Kisah-kisah dalam Alquran bukanlah
suatu gubahan yang bernilai sastera saja, baik gaya bahasa maupun cara
menggambarkan peristiwa-peristiwa, tetapi juga merupakan suatu media untuk
mewujudkan tujuan yang asli. Kisah-kisah dalam Alquran secara umum mempunyai
tujuan untuk kebenaran dan semata-mata untuk keagamaan.[24]
Adapun tujuan kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran, seperti yang telah
dikemukakan oleh Muhammad Chirjin[25] adalah
sebagai berikut :
1.
Menetapkan adanya wahyu dan kerasulan.
2.
Menerangkan bahwa agama semuanya dari
Allah swt.
3.
Menerangkan bahwa semua agama itu
dasarnya satu dan semuanya dari Tuhan Yang Maha Esa.
4.
Menerangkan bahwa cara yang ditempuh
oleh nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap
dakwahnya itu juga serupa.
5.
Menerangkan dasar yang sama antara agama
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., dengan
agama Nabi Ibrahim, a.s. secara khusus, dan dengan agama-agama Bangsa Israil
pada umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hugungan
umum antara semua agama.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pada uraian-uraian di atas, maka dapatlah
ditarik beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut :
1.
Bahwa yang
dimaksud dengan Qaṣaṣ al-Qur’ān adalah kisah-kisah dalam Alquran
tentang kejadian dimasa lampau yang bersisi pesan-pesan kepada umat manusia
untuk senantisa bertakwah kepada Allah swt.
2.
Bahwa macam-macam kisah dalam Alquran
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Dilihat dari
segi pelaku, terdiri dari ; 1) kisah para Nabi; 2) kisah-kisah yang berhubungan
dengan kejadian masa lalu dan orang-orang yang tidak disebutkan kenabiaannya; 3) kisah-kisah tentng kejadian pada masa
Rasulullah saw.
b. Dilihat dari
panjang pendeknya, terbagi menjadi ; 1)
Panjang; 2) Sedang; 3) Pendek.
c. Dilihat dari
segi jenisnya, dibagi menjadi ; 1) kisah sejarah (al-Qiṣaṣ al-Tarikhiyyah); 2) kisah perumpamaan (al-Qiṣaṣ al-Amṡaliyyah); 3) kisah Asatir
3.
Bahwa karakteristik Qaṣaṣ al-Qur’ān
yaitu dengan cara pengulangan kisah dibeberapa tempat, ada pula sebuah kisah
disebutkan dalam Alquran dikemukakan dalam bentuk yang berbeda, disuatu tempat
ada bagian yang didahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Kadang-kadang pula
disajikan secara ringkas dan kadang secara panjang lebar. Penyajian kisah-kisah
dalam Alquran seperti itu mengandung hikmah dan faedah yang sangat tinggi.
4.
Bahwa tujuan dari kisah-kisah Alquran adalah
supaya umat manusia bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah tersebut dan
membuktikan kebenaran Alquran.
B. Saran-saran
Setelah menguraikan permasalahan
demi permasalahan, maka penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan
yang terdapat dalam penyusuanan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun
dalam pembasannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan
yang bersifat membangun sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya
dapat lebih sempurna.
Ayat-ayat
Alquran yang memuat kisah-kisah, dapat dilihat secara lengkap dalam lampiran
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’ān al-Karīm
Anwar,
Rosihon, Ilmu Tafsir, Cet.III; Bandung: Pustaka Setai, 2006
Baidan,
Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.
Basri, Hasan, Horizon
Al-Qur’an, dari judul asli Lea grands themes du Coran oleh Jasques
Jomies Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase, 2002
Departemen
Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Semarang : PT. Tanjung Mas Inti, 1992
Chitjin,
Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an; Yogyakarta : Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998.
Hanafi, Segi-Segi
Kesusesteraan pada Kisah-Kisah Al-Qur’an; Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1984.
Husayn,
Muhammad al-Khidr, Balaghat Al_Qur’an, Ali al-Ridha al-Tunisi, 1971.
Ibrahim,
Muhammad Ismail, Mu’jam al-Alfazh wa A’lam al-quraniyyat, Dar
al-Fikr-al-a’rabi, 1969
Al- Ishfahani,
Al-Raghib, al-mufradat fi Gharib al-Qur’an, ed. Muhammad Sayyid Kaylani,
Mesir: musthafa al-Bab al-Halab,t.t.
Poewarminta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Al-Qattan, Manna
khalil, Mahabis fi Ulum al-Qur’an, Mansyurat al-Asr al-Haidis, 1973.
Qutb, Sayyid, Seni
Penggambaran dalam Al-Qur’an, terjemah Chadidjah Nasution;
Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981.
Lampiran
Daftar
ayat-ayat Al-Qur’ān yang memuat kisah-kisah
1.
Al-Baqarah (2):
Adam diajari benda-benda:31, Adam digoda Setan: 36, Adam dikeluarkan dari Surga:36,
Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 50, Kekejaman Fir’aun terhadap Bani
Iarail: 49, Iblis menggoda Adam: 36, Ibrahim berdebat dengan raja:258, Ibrahim
mendirikan Baitullah dengan Ismail:127, Israil dan Jalut: 249, Israil melanggar
aturan hari Sabtu: 65, Israil meminta Musa memperlihatkan Tuhan: 55, Daud
membunuh Jalut: 251, Harut dan Marut: 102, Nabi Musa menyeberangi laut: 50,
Kaum nabi Musa: 50.
2.
Ali
Imran (3): Istri Imran menadzarkan anaknya
kepada Tuhan:35, Maryam menerima kabar kehadiran Isa: 45-49, Perang Badar dan
Uhud: 121-127.
3.
Al-Nisa (4):
Israil meminta Musa memperlihatkan Tuhan: 153, Nabi Musa berbicara langsung
pada Tuhan: 164, Kaum nabi Musa menyembelih anak sapi: 153.
4.
Al-Maidah (5):
Habil dan pembunuh pertama: 27-31, Isa:110-115, Irail enggan memasuki
Palestina: 20-26, israil melanggar aturan hari Sabtu: 69, Tuhan mengambil
perjanjian dengan anak Israil yang dua belas: 12, Qabil membunuh saudaranya:
30.
5.
Al-A’rāf (7):
Adam digoda setan: 22, Percakapan Musa dengan Fir’aun: 104-105, Iblis diusir
dari surge: 13-18, Iblis menggoda Adam: 20-22, Luth: 80-84, Nabi Musa berbicara
langsung dengan Tuhan: 144, Tongkat nabi Musa berubah jadi ular: 107, Nuh:
59-64, Kaum nabi Musa menyembelih anak sapi: 148.
6.
Al-Anfāl (8):
Pembetalan perjanjian dengan musyrikin: 58
7.
Al-Taubah (9):
Kaum Ad: 70, Perang Hunain: 25-59, Tabuk: 38-43, Pembatalan perjanjian dengan
musyrikin: 12.
8.
Yunus
(10): Kekejaman Fir’aun terhadapa Bani Israil: 83, Nabi Musa menyeberangi laut:
90, Nuh: 71-74.
9.
Hud
(11): Kaum Ad’: 50,53,59,60, Hujan batu yang menimpa kaum Luth: 82, Kisah
Ibrahim didatangi tamu Malaikat: 69-76, Ibrahim menerima berita kelahiran
Ishak: 71, Nabi Nuh diperintahkan bawa sepasang untuk setiap jenis binatang ke
dalam bahteranya: 40, Nuh: 25-48, Tempat berlabuh perahu nabi Nuh: 44, Puteri
nabi Nuh: 78-79.
10. Yusuf (12):
Zulaikha menggoda Yusuf: 26, 30, 32, 51, Nabi Yusuf dipenjarakan: 35.
11. Al-Rad
(13): Kisah nabi Yusuf dan Zulaikha: 33.
12. Ibrahim (14): Kaum ‘Ad:
9.
13. Al-Hijr (15): Hujan
batu yang menimpah kaum Luth: 74, Kisah Ibrahim didatangi tamu malaikat: 51-58,
Jin dikeluarkan dari surge: 34, Luth: 59-76, Puteri nabi Luth: 71.
14. Al-Isra’ (17):
Penghancuran Baitul Maqdis oleh Babilonia: 5, Penghancuran Baitul Maqdis oleh
Romawi: 7, Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 103, Israil diperintahkan
mendiami suatu negeri: 104, Isra’:1.
15. Al-Kahfi (18): Khidil
membetulkan dinding rumah: 77, Khidil membocorkan perahu: 71, Khidir membunuh
seorang pemuda: 74, Nabi Musa bertemu dengan Khidir: 60-82.
16. Maryam (19): Maryam
membawa Isa kepada kaumnya: 27, Maryam melahirkan Isa: 23-26.
17. Thaha
(20): Adam digoda setan: 120-121, Adam dikeluarkan dari surga: 123, Percakapan
Musa dengan Fir’aun :5-58, Percakapan Musa dengan tukang sihir: 64-67, Nabi
Musa hijrah ke Madyan: 40, Tongkat nabi Musa menjadi ular:20, Kaum nabi Musa
menyembelih anak sapi:88.
18. Al-Anbiya
(21): Ibrahim dibakar: 69-70, Ibrahim menghancurkan berhala: 57-67.
19. Al-Hajj (22): Kaum Ad:
42, Tuhan menyiksa orang-orang yang berbuat kejahatan di Masjidil Haram: 25.
20. Al-Mu’minun (
23): Nabi Nuh diperintahkan membawa sepasang untuk tiap jenis hewan dalam
bahteranya: 27, Nuh: 23-29.
21. Al-Nur (24): Fitnah
terhadap istri nabi Muhammad: 11-15.
22. Al-Furqan
(25): Kaum Ad: 38, Hujan batu yang menimpah kaum Luth: 40, Negeri Sodom: 40,
Penduduk Rass yang dibinasakan Tuhan: 38.
23. Al-Syura (26): Kaum Ad:
123, Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan: 66, Musa an Fir’aun menyeberangi
laut: 61-68, Kisah Hud dan kaum ‘Ad: 123-139, Hujan batu yang menimpah kaum
Luth: 173, Luth: 167-173, Nuh: 105-120.
24. Al-Naml (27):
Pembicaraan burung-burung hud dengan nabi Sulaiman: 20-2, Hujan batu yang
menimpah kaum Luth: 58, Jin Ifrit membawa singgasana Ratu Balqis: 39, Tongkat Nabi
Musa menjadi ular: 31.
25. Al-Qashash
(28): Kekejaman Fir’aun terhadap Bani Israil:4, Kesombongan Qarun: 78, Qarun
memiliki kunci harta yang berat:76, Nabi Musa dibuang ke sungai: 7, Nabi Musa
hijrah ke Madyan: 22, Tongkat Nabi Musa menjadi ular: 31.
26. Al-Ankabut (29):
Kaum Ad: 38, Ibrahim dibakar: 24, Cobaan terhadap Nabi Luth: 28, Negeri Sodom:
31.
27. Luqman (31): Nasihat
Luqman kepada anaknya: 13.
28. Al-Ahzab (33): Umat
Islam berperang dengan Bani Quraiṣah: 26, 27.
29. Saba’
(34): Negeri Saba’:15, Rayap: 14.
30. Al-Ṣafat (37): Ibrahim
menghancurkan berhala: 93, Ibrahim menyembelih Ismail: 102-103, Ibrahim
menerima berita kelahiran Ishak: 112-113.
31. Shād (38): Kaum ‘Ad:12,
Nabi Ayyub diperintahkan hijrah: 41, Cobaan terhadap Nabi Daud: 42, Iblis
diusir dari surga: 17, 21, 22, 23, 26, 27.
32. Al-Mu’min ( 40):
Kaum ‘Ad: 31, Fir’aun bertekad membunuh Nabi Musa: 26.
33. Fushilat (41): Kaum ‘Ad:
15.
34. Al-Zukhruf (43):
Pengaruh Fir’aun: 54.
35. Al-Dukhan
(44): Nabi Musa menyeberangi laut: 24.
36. Al-Ahkaf (46): Kaum
‘Ad:21
37. Al-Fath (48):
Hudaybiah: 18, 24.
38. Qāf (50): Kaum Ad:
13, Penduduk Rass dibinasakan oleh Tuhan: 12.
39. Al-Zariyat
(51): Kaum ‘Ad: 51, Kisah Ibrahim bertemu malaikat :24-29, Ibrahim menerima kehadiran
Ishak: 28.
40. Al-Najm (53):
Kaum ‘Ad:50, Nabi Muhammad bertemu
dengan Jibril dalam bentuk asli: 6, 13, Nabi Muahammad melihat Jibril di
Sidratul Muntaha:13-14
41. Al-Qamar (54): Kaum ‘Ad:
18,19,20, Kehancuran Fir’aun: 41-41, Kehancuran kaum Luth: 33-40, Kehancuran
kaum Nuh: 9-16, Kehancuran kaum Tsamud:23-32.
42. Al-Hasyr (59):
Pengusiran orang Yahudi dari Madinah: 2-5.
43. Al-Tahrim (66):
Istri Luth yang berkhianat: 10, Kehidupan Nabi Muhammad dengan istrinya: 1-6.
44. Nuh
(71): Azab yang ditimpakan kepada kaum Nuh: 25, Nabi Nuh menyeru kaumnya: 2-4.
45. Abasa (80): Teguran
kepada Nabi Muhammad karena bermuka masam: 1-10.
46. Al-Takwīr
(81): Nabi Muhammad melihat malaikat jibril di ufuk terang: 23.
47. Al-Fajr (89): Kaum ‘Ad:
6.
[1]
Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Crt.
III; Bandung: Pustaka Setia, 2006). H. 65.
[2]
Manna Khalil al-Qattan, Manahis fi Ulum al-Qur’an, (Mansyurat al-Asr
al-Haidis, 1973), h. 305
[3]
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Semarang : PT. Tanjung Mas Inti, 1992), h. 99
[4]
Muhammad Ismail Ibrahim, Mu’jam al-Alfazh wa Alam al-Qur’anniya (t.tp.: Dar
al-Fikr-al’Arabi,1969), h.140
[5]
Manna Khalil al-Qattan, op.cit., h. 305
[6]
Departemen Agama RI., , Op, cit., h. 454
[7]
Ibid., h. 610
[8]
Manna khalil al-Qattan, Op. cit., 305
[9]
Purwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984), h. 512
[10]
Al-Raghib al Isfahani, al Mufradat Fi Gharit al Qur’an, ed. Muhammad
Sayyid Kailani, (Mesir: Mustafa al Bab al Halabih), t.t.,h. 404
[11]
M. Said, Op. Cit., h. 224
[12]
Ibid.
[13]
Hasan Basri, Horizon al Qur’an, dari judul asli Les Grens Themes
Du Coran oleh Jacquis Joner ( Cet. I; Jakarta: Balai Kajian Tafsir al-Qur’an
Pase, 2002), h. 80
[14]
Muhammad al Khidir Husain, Balāgah al-Qur’ān, (t.tp. ; Ali al Rida al
Tunisi, 1971), h. 104
[15]
Manna Khalil al-Qattan, Op. Cit., h. 306
[17] Hanafi, Segi-segi Kesusesteraan pada
Kisah-kisah al Qur’an (Jakarta:
Pustaka al Husna, 1984), h. 1516
[20] Lihat, Mardan, Al-Qur’an-Sebuah
Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh
(Cet, I, Jakarta : Pustaka Mapan, 2009), hh. 194-198
[21] Muhammad
Chirjin, al Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1989), h.
11.
[24] Sayyid Qutb, Seni Penggambaran dalam
al-Qur’an, Terjemah Khadijah
Nasution (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1981), h. 138.
My Blog List
ust. mohon izin di unduh makalahnya.. jazakumulloh khoirol jaza
BalasHapusust. mohon izin di unduh makalahnya.. jazakumulloh khoirol jaza
BalasHapusmohon izin unduh makalahnya. terimakasih
BalasHapusJAGODOMINO Agen poker Online Terpercaya dan terbaik di Indonesia
BalasHapus*Minimal Deposit Hanya Rp 15.000
*Minimal Withdraw Hanya Rp 30.000
*Proses Deposit & Withdraw Super Cepat & aman
*Dilayani Oleh CS yang Profesional dan Ramah 24 Jam
*Player Vs Player Dijamin 100% (Tanpa Robot)
*=================[BIG PROMO]=================*
*Bonus CASHBACK 0.2%-0.5% [SETIAP HARI]
*Bonus REFERENSI 20% [SEUMUR HIDUP]
info selanjutnya silahkan hubungi CS 24 jam yang siap melayani anda...
WA: +855717086677
BBM: jago288
Untuk pendaftaran Langsung Kunjungi Link Resmi Kami